Kerajaan Mataram Kuno, sebuah entitas bersejarah yang menggetarkan, memainkan peran penting dalam narasi kebudayaan dan politik Nusantara. Dari kejayaannya yang megah hingga keruntuhannya yang tragis, Mataram Kuno memberikan banyak pelajaran tentang kekuasaan, perubahan, dan adaptasi. Melalui serangkaian peristiwa yang mencakup abad-abad, kita dapat menyaksikan bagaimana kerajaan ini berkembang, memperoleh kejayaan, dan pada akhirnya, menghadapi titik balik yang menentukan nasibnya.
GNFI akan mengulas secara singkat perjalanan Kerajaan Mataram Kuno, dimulai dari masa pendiriannya hingga saat-saat terakhir sebelum keruntuhan.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno mengambil akar dalam sejarah purbakala pulau Jawa. Diperkirakan bermula pada abad ke-8 Masehi, Mataram awalnya muncul sebagai kekuatan lokal di wilayah tersebut. Dengan berjalannya waktu, kekuasaannya tumbuh, terutama di bawah pimpinan dinasti Sanjaya dan Wangsa Sailendra.
Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke-8 di wilayah Jawa Tengah. Pendiri kerajaan ini adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, yang memimpin antara tahun 732-760 Masehi. Dari sejarahnya, Kerajaan Mataram Kuno terbagi atas dua periode yaitu berpusat di Jawa Tengah pada abad ke 8 dan berpusat di Jawa Timur pada abad ke 9-10.
Kerajaan Mataram Kuno ini dijalankan oleh pemerintahan dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu dan Dinasti Syailendra yang menganut agama Buddha, kedua dinasti tersebut berkuasa di Jawa Tengah, Sedangkan di Jawa Timur diperintah oleh Dinasti Isyana.
Kerajaan Mataram Kuno mulai mengalami masa kejayaan pada akhir abad ke-9, ketika Dinasti Syailendra berkuasa. Pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra, Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan dan memiliki wilayah kekuasaan hingga ke Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara
Dinasti yang Berkuasa:
-Dinasti Sanjaya
Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanjaya, yang dikenal dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Raja Sanjaya terkenal karena kebijaksanaan, kecakapan, dan kepatuhan dalam beragama. Di bawah kepemimpinan Sanjaya, wilayah Mataram Kuno berkembang pesat. Kerajaan Hindu Mataram menjadi pusat pembelajaran agama Hindu, yang ditandai dengan kedatangan banyak pendeta dan bahkan pemukim ke Mataram.
Setelah wafatnya Raja Sanjaya pada pertengahan abad ke-8 M, putranya, Rakai Panangkaran, menggantikannya. Namun, setelah Rakai Panangkaran meninggal, Mataram Kuno mengalami perpecahan yang membagi kerajaan menjadi dua bagian. Bagian utara Jawa Tengah tetap mempertahankan ajaran Hindu, sementara bagian selatan beralih ke ajaran Buddha.
-Dinasti Syailendra
Pada akhir abad ke-8, di bawah pemerintahan Sri Dharmatungga dari Dinasti Syailendra, Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaannya. Wilayahnya meluas hingga mencapai Semenanjung Malaya. Selain itu, dalam bidang politik, ilmu pengetahuan, budaya, seni, dan sosial, kerajaan ini mengalami kemajuan yang pesat.
Setiap kali terjadi pergantian raja, Kerajaan Mataram Kuno terus berkembang dengan pesat. Sri Dharmatungga digantikan oleh Indra (Syailendra), yang berhasil menaklukkan Chenla (Kamboja). Di bawah pemerintahan Samaratungga, seni dan kebudayaan di Kerajaan Mataram Kuno berkembang pesat, yang ditandai dengan pembangunan Candi Borobudur. Persatuan antara Dinasti Sanjaya dan Syailendra tercapai melalui perkawinan antara Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dan Pramodhawardani dari Dinasti Syailendra.
-Dinasti Isyana
Pada tahun 929 M, terjadi pemindahan ibu kota oleh Mpu Sindok dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang diperkirakan antara Gunung Semeru dan Gunung Wilis. Kerajaan ini kemudian dinamakan Medang dengan Mpu Sindok sebagai raja pertamanya dari Dinasti Isyana.
Raja – Raja Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah
-Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
-Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)Sri Maharaja Rakai Panunggalan/ Dharmatungga (780-800 M)
-Sri Maharaja Rakai Warak/ Indra (Syailendra) (800-820 M)
-Sri Maharaja Rakai Garung/ Samaratungga (820-840 M)
-Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani (840-856 M)
-Sri Maharaja Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala (856-882 M)
-Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
-Sri Maharaja Rakai Watukara Dyah Balitung (898-915 M)
-Raja Daksa (915-919 M)
-Raja Tulodong (919-924 M)
-Raja Sumba Dyah Wawa (924 M)
Berikut ini silsilah raja Kerajaan Mataram Kuno saat dipindahkan ke Jawa Timur
-Rakai Hino Sri Isana alias Mpu Sindok (929-947 M)
-Sri Lokapala dan Ratu Sri Isanatunggawijaya (sejak 947 M)
-Makutawangsawardhana (hingga 985 M)
-Dharmawangsa Teguh (985-1007 M)
-Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
-Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno mencakup berbagai prasasti dan candi yang menjadi bukti keberadaan dan kejayaan kerajaan tersebut. Berikut adalah beberapa peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang tercatat:
-Prasasti Canggal: Ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal, Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini dibuat pada tahun 732 M oleh Raja Sanjaya dan mengisahkan perkembangan kerajaan Mataram Kuno[2][3].
-Prasasti Kalasan: Ditemukan di Desa Kalasan, Yogyakarta, dengan angka tahun 778 Masehi. Prasasti ini menceritakan tentang ketaatan Mataram Kuno dalam penghormatan kepada Dewi Tārā.
-Prasasti Mantyasih: Ditemukan di Kampung Meteseh, Magelang, Jawa Tengah, dan dibuat oleh Dyah Balitung pada tahun 907 Masehi untuk melegitimasi dirinya sebagai pewaris tahta yang sah.
-Prasasti Wanua Tengah III: Ditemukan di Dusun Dunglo, Desa Gandulan, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung. Prasasti ini berisi keputusan Dyah Balitung yang menetapkan sebidang sawah di Wanua Tengah sebagai sima.
-Prasasti Ratu Boko: Berisi tentang pendirian Abhayagiriwihara oleh Rakai Panangkaran, salah satu raja Kerajaan Mataram Kuno.
-Prasasti Kelurak: Menceritakan kepemimpinan seorang raja pada masa Dinasti Syailendra pada tahun 782 Masehi.
Selain prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga meninggalkan berbagai candi, seperti Candi Borobudur, Candi ———-Prambanan, Candi Plaosan, dan Candi Sewu, yang menjadi bukti arsitektur dan keagamaan yang berkembang pada masa itu. Peninggalan ini memberikan gambaran tentang kehidupan dan kejayaan Kerajaan Mataram Kuno pada masa lampau.
Perubahan Politik dan Dinasti Baru
Namun, kejayaan tidak selalu abadi. Perubahan politik dan dinasti yang berkuasa membawa tantangan baru bagi Mataram Kuno. Pergeseran kekuasaan dari Wangsa Sailendra ke Wangsa Sanjaya, yang dimulai pada abad ke-9 Masehi, menandai awal dari periode ketidakstabilan politik yang mempengaruhi kestabilan kerajaan.
Puncak dan Masa Keruntuhannya
Pada abad ke-10 Masehi, Mataram Kuno mencapai puncak kekuasaannya di bawah pemerintahan Wangsa Sanjaya, khususnya dengan pemerintahan Mpu Sindok. Namun, keberhasilan ini tidak berlangsung lama. Seiring dengan konflik internal dan serangan dari luar, terutama oleh kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno mulai mengalami penurunan. Keruntuhan Mataram Kuno adalah hasil dari serangkaian faktor, termasuk perpecahan internal, tekanan eksternal, dan perubahan politik.
Sumber :KOMPAS.com